Tuesday, January 25, 2011

CARA MENGUJI CINTA SEJATI


6 Uji Cinta Menurut  Penuturan Dr Walter Trobisch dalam buku Jodohku, sebagai berikut :
1.        Ujian untuk merasakan sesuatu bersama
Cinta sejati ingin merasakan sukacita bersama, memberi, dan mengulurkan tangan. Cinta sejati memikirkan kebagahagiaan orang lain. Kalau kita memiliki sesuatu inginkah kita membagikan dengan dia ? Kalau memiliki rencana apakah memikirkan kesenangan dia atau diri sendiri ?
Karena itu orang yang ingin senang sendiri jangan menikah, Yang ingin bahagia sendiri jangan menikah. Perkawinan yang penting adalah membuat yang lain bahagia. Orang yang pingin dimengerti jangan menikah. Jadi ujian ini adalah apakah saya ingin merasakan kebahagiaan bersama ? Apakah aku ingin membahagiakannya ?
2.        Uji kekuatan
Cinta sejati membuat menjadi kuat. Cinta membuat menjadi kreatif, membuat ingin menghasilkan karya yang banyak. Cinta memberikan kegembiraan, memberikan kegairahan hidup. Cinta yang membuat anda bisa murung dan konflik bukanlah cinta sejati. Cinta yang membuat kita kehilangan semangat, cinta yang membuat kita jadi letih lesu, bukan cinta sejati. Cinta yang membuat tidak lagi bisa makan, tidur dengan tidak enak bukanlah cinta sejati.
3.        Ujian Penghargaan
Cinta sejati akan memberi penghargaan , dia akan menjunjung tinggi pihak yang lain. Penghargaan secara utuh atas bagian2 dalam hidupnya. Misalkan ada seorang pemuda terkesan dengan seorang pemudi karena pemudi itu sangat cerdas, tapi ketika kita ditanya apakah anda mau dia menjadi ibu dari anak-anakmu ? setelah melihat hidupnya yang lain, pemuda tadi ragu-ragu.
Seorang  gadis kagum dengan seorang pemuda yang menjadi penyanyi terkenal, tapi ketika ditanya, apakah dia mau kalau pemuda itu menjadi ayah dari anak-anaknya, dia mengatakan tidak.
Jadi cinta sejati memberi penghargaan kepada calon pasangannya . Cinta sejati bangga dengan pasangannya bukan dalam salah satu hal, tetapi dalam keseleruhan hidupnya.
4.        Uji kebiasaan
Cinta sejati menerima kebiasaan-kebiasaan pasangannya. Ada seorang berkata demikian, aku sangat mencintai laki2 itu, tapi aku tidak tahan dengan perkataan pedasnya. Seorang pemuda berkata, aku mencintai gadis itu, tapi aku tidak tahan cara dia makan bakso. Jangan kita berpikir bahwa kebiasaan-kebiasaan itu akan berubah setelah menikah. Bahkan setelah menikah anda akan melihat kebiasaan-kebiasaan yang selama ini tidak kelihatan.
Jangan karena kita terikat perasaan kita, maka kita mengabaikan hal-hal yang tidak kita sukai. Kita harus menerima kebiasaannya dan kekurangannnya.
Jadi apakah kita menyukai pasangan kita dalam semua hal ?
5.        Uji pertengkaran
Apabila seseorang ingin menikah maka harus lebih dulu mengalami pertengkaran. Bukan hanya pertengkaran kecil, tapi pertengkaran yang hebat.
Kalau belum pernah bertengkar , jangan menikah. Lho, mengapa perlu bertengkar dulu ? Bukankah pertengkaran justru harus ditinggalkan ?
Yang penting bukan pertengkaran, tetapi bagaimana kita menyelesaikan pertengkaran itu. Jadi apakah kita bisa menyelesaikan pertengkaran itu dengan baik ?
Kalau kita  menghindarkan pertengkaran, mengabaikan pertengkaran, melupakan pertengkaran, maka cinta belum teruji. Cinta teruji dengan kemampuan menyelesaikan konflik dengan baik.
6.        Uji waktu
Cinta sejati perlu diuji waktu . Perlu waktu cukup untuk melihat adanya cinta sejati. Tapi waktu ini harus dijalani secara berkualitas, melewati kesenangan dan persoalan. Waktu yang hanya berduaan dan bersenang-senang apalagi dengan kesenangan fisik, tidak membuktikan cinta sejati.
Apakah waktu itu dengan pengenalan dan segala keadaan yang terjadi telah membuat saya yakin bahwa dia adalah pasangan yang tepat bagi saya ?
Cinta sejati itu ada, dan itulah yang membawa kita masuk ke dalam pernikahan, tentu cinta seperti itu diuji juga dengan mengerti kehendak Tuhan. Tapi apa yang kita tangkap dengan kehendak Tuhan juga harus diuji dengan hal-hal demikian.